Kamis, 27 November 2014

Softskill Ilmu Sosial Dasar

Share it Please
Masalah Sosial di Kalangan Remaja : Bullying

Manusia tentu tidak akan pernah lepas dalam hal bersosialisasi satu dengan yang lain. Dalam praktek bersosialisasi tentu akan ada hal yang positif begitu juga hal yang negatif.

"Adapun masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya."

Tentunya terdapat nilai- nilai,sistem, tata cara, ataupun norma tidak tertulis yang sudah menjadi budaya maupun tradisi dikalangan masyarakat kita.

Tetapi apa yang terjadi apabila nilai- nilai,sistem, tata cara, ataupun norma tidak tertulis tersebut disalahgunakan atau disalahartikan? Sebagai contoh yang sudah sangat melekat pada masyarakat kita dan merupakan contoh yang paling sederhana adalah tradisi budaya TELAT. Kenapa banyak yang menyebutnya "Budaya"?? seharusnya kita malu apabila ada orang berkata "Ah, dasar budaya telat!", padahal telat merupakan KEBIASAAN BURUK yang masih bisa kita ubah. Banyak orang berpikir bahwa "telat" itu biasa saja dan akibatnya menjadi sebuah rutinitas dalam kesehariannya. Hal seperti ini dapat merugikan diri kita sendiri dan tentunya orang lain di sekitar kita. Apa yang seseorang lakukan, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi orang lain di sekitarnya.

Kemudian contoh lainnya yang akan dibahas disini, adalah rusaknya sistem pergaulan yang ada dikalangan remaja saat ini. 

Sering kali kita mendengar berita tentang jual beli narkoba, seks bebas, tawuran, dan BULLYING. Tentunya kita sudah tahu bahwa tidak sedikit pelaku maupun korban yang masih remaja dan bahkan hal itu sudah merupakan "hal biasa" bagi beberapa orang yang tidak mau berpikir kritis. Sebenarnya mengapa hal itu terjadi? Apa faktor penyebab mereka melakukannya? Apa hal ini merupakan kesalahan orangtua yang tidak menanamkan nilai moral dengan tegas? Apa karena faktor lingkungan yang tidak kondusif sehingga para remaja itu terpengaruh ke jalan yang tidak seharusnya? Atau ada faktor lain?

 

Pada kesempatan kali ini saya akan fokus kedalam topik penindasan atau yang lebih dikenal dengan istilah yang tidak lain adalah "BULLYING". Bullying, menurut BullyFree, merupakan bentuk perilaku yang bersifat intens, menyakiti, mengancam, dan dilakukan berulang-ulang. Bullying merupakan bentuk ketidakseimbangan, yaitu adanya usaha mendominasi dari suatu pihak dan bisa diartikan sebagai mistreatment atau penganiayaan.

Bullying sudah merasuk kedalam pergaulan di masyarakat dan menjadi "SISTEM" yang tidak benar dengan sendirinya. Tindakan Bullying bisa dilakukan melalui kata-kata maupun melalui kontak fisik dan tentunya hal itu menjerumus ke arah kekerasan. Bullying secara fisik tidak hanya terjadi di kalangan mahasiswa maupun siswa SMA , seperti yang dulu pernah kita dengar tentang berita tindak kekerasan di salah satu institut maupun di salah satu SMA favorit, tetapi hal ini bahkan sudah terjadi di kalangan murid SMP maupun SD jika kita mau telusuri lebih lanjut. Padahal pada kisaran usia mereka, seharusnya mereka belajar dan mendapat nilai moral yang baik dari sekitarnya , bukan menerima tindakan/sikap yang tidak seharusnya dari lingkungan sosial mereka karena hal ini akan berpengaruh kedepannya. Jika saat kecil ia mendapat tindakan bullying dan hal itu tidak segera diatasi, kedepannya anak tersebut berpotensi untuk menjadi pelaku bullying karena adanya niat untuk membalas perilaku yang dulu ia terima atau bisa jadi hal itu menjadi trauma dan tentunya akan berpengaruh terhadap karakternya dan cara ia bersikap terhadap orang disekitarnya. Bullying dapat terjadi di mana saja, sekolah, universitas, rumah, tempat kerja, dsb.  Namun pusat perhatian terbesar adalah di lingkungan pendidikan.

Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dan sosialisasi. Di sekolah, setiap murid akan menghadapi teman-teman yang sebaya, lebih muda, dan teman yg lebih tua. Sekolah merupakan tempat terjadinya sosialisasi antarindividu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi, kebanyakan dari mereka belum dapat memahami temannya satu sama lain, sehingga timbullah kesalahpahaman satu sama lain yang lalu diiringi denagn perkelahian, intimidasi, pemalakan, pengucilan, dan lainnya. Hal yang seharusnya tidak terjadi di kalangan pelajar kini menjadi tradisi yang biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut Bullying, yakni kekerasan yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus".

Bullying tidak hanya terjadi antara senior maupun junior, bullying juga dapat terjadi di kalangan mereka yang sebaya seperti penjulukan, ejekan berulang, sebutan rasis, ancaman. Sering kita mendengar para pelajar memanggil teman mereka dengan sebutan yang "akrab" tetapi jarang kita tanya balik apakah dia senang dengan pangiilan itu, hal ini bisa merupakan tindakan Bullying secara verbal/ kata- kata. Sebagian orang tidak suka dipanggil dengan julukan yang merujuk ke fisik seperti ukuran badan, warna kulit, suku, nama orangtua,dan yang lainnya. Bahkan seiring berkembangnya teknologi, muncullah istilah CYBER BULLYING: pesan negatif lewat sms, media sosial, voice mail, ancaman telepon. Sedangkan contoh bullying yang tidak langsung : penyebaran fitnah / rumor, gesture yang meremehkan, tatapan sinis, dan mengatakan petisi kebencian.


Apa penyebabnya?

1.     Lingkungan yang tidak kondusif
Lingkungan yang tidak kondusif merupakan salah satu penyebab bullying terjadi karena lingkungan masyarakat akan sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi remaja. Kekacauan dan perkelahian dalam penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat pun menjadi sesuatu yang ditiru oleh remaja dalam menyelesaikan masalah mereka. Begitu pula pada zaman sekarang banyak siaran media dan media elektronik yang menampilkan bermacam-macam bentuk kekerasan. Yang lebih berbahaya lagi jika kalau bullying tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga remaja. Misalnya remaja yang mengalami broken home mempunyai potensi untuk melakukan kekerasan karena tidak adanya pembentukan nilai moral  dan kurangnya rasa kasing sayang dalam keluarganya.

2.     Tradisi lanjutan
Adanya "warisan" dari keluarga, senior maupun teman se-geng. Kepribadian kita mulai terbentuk saat remaja, hal inilah yang membuat kita suka "ikut-ikutan" dengan orang sekitar kita, apabila ada seorang teman yang menjahili bahkan melakukan kekerasan kepada temannya yang lain, terkadang kita melibatkan diri dengan cara yang salah, bukan melerai / menasihati mereka malahan ikut menindas mereka. Ketika mendapat tindakan bullying dari senior, begitu kita yang menjadi senior akan ada keinginan untuk menindas junior kita dengan alasan yang sebenarnya tidak masuk akal "Karena saya juga diperlakukan seperti itu dulu!!".

3.     Orangtua yang terlalu cuek
Akibat sibuknya orang tua dengan pekerjaannya, mereka jarang menghabiskan waktu dengan anak mereka. Tidak adanya komunikasi antara anak dan orang tua akan berakibat fatal, kita tidak akan tahu keadaan masing-masing. Sesibuk apapun orangtua, tetaplah kewajiban mereka untuk menanamkan nilai-nilai moral yang ada, dan menanamkan rasa kepercayaan kepada anak mereka karena dengan menunjukkan rasa percaya, anak tersebut dengan sendirinya akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap kepercayaan yang telah diberikan.
"Parents can play a key role in preventing and stopping bullying. But first they have to know if their children bully or are bullied by others. Many parents do not discuss bullying with their children, and many children do not raise the topic of bullying with their parents."

4.     Ingin menunjukkan kekuasaan
Hal ini merupakan lanjutan dari pembentukan karakter yang salah, kebanyakan para pelaku bullying berpikir bahwa dengan melakukan tindakan tersebut, hal ini membuat dirinya terlihat lebih keren dan eksis. Mereka menikmati perilaku antagonis tersebut, dan terus mencari korban sehingga dirinya semakin ditakuti dan disegani oleh orang sekitar.  

5.     Iri hati

Adanya ketidakpuasan dari apa yang sudah ia punya juga menjadi salah satu faktor pendorong untuk melakukan bullying, ketika melihat orang lain yang lebih daripada dirinya, ia akan melakukan cara-cara yang bisa membuat saingannya itu terjatuh, dan tentunya dengan cara yang tidak seharusnya. Biasanya bullying yang terjadi akibat iri hati adalah bullying secara verbal dan bullying secara tidak langsung.

1

Bagaimana ciri-cirinya?

Beberapa korban bullying memiliki karakter yang berbeda dengan yang lainnya, seperti selalu cemas, tidak percaya diri, dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang kurang. Dan si pelaku bullying biasanya memiliki karakter merasa paling hebat dan overactive. Bagi seseorang yang tak kuat lagi menagalami bullying, mereka akan mengalami gangguan psikologis (stress).
Dari beberapa penelitian sebelumnya, juga ditemukan perbedaan umur dan gender yang dapat mempengaruhi perilaku bullying. Pada usia 15 tahun, anak laki-laki ditemukan lebih cenderung mem-bully dengan kontak fisik langsung, sementara anak perempuan lebih cenderung mem-bully dengan perilaku tidak langsung. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam kecenderungan melakukan bullying verbal langsung.

Mengapa Korban bullying banyak yang tidak melapor?
1.     Korban diajarkan untuk tidak mengadu
2.     Sebagian besar korban belajar dari pengalaman bahwa tidak semua orang dewasa peduli tentang apa yang mereka alami
3.     Korban takut memperburuk keadaan dengan melapor, karena adanya ancaman dari pelaku
4.     Korban merasa rendah diri dan malu
5.     Adanya perasaan dari pihak korban bahwa hal ini harus dihadapi sendiri

6.     Korban TIDAK TAHU harus meminta bantuan kepada siapa

Apa Dampak dari Bullying?
1.     Salah satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
2.     Terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
3.     Timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder)bahkan depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet tangannya sendiri
4.     Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
1.     Rusaknya nilai kemasyarakatan yang ada kedepannya
             
Setelah mengetahui tentang bullying, sudah seharusnya kita hilangkan hal tersebut, jangan mau menjadi korban, terlebih lagi menjadi pelaku, dan juga jangan hanya menjadi penonton ketika ada orang sekitar kita yang menjadi korban bullying. Jika sudah menjadi korban, jangan menjadi rendah diri ataupun takut, jadikan hal tersebut menjadi batu pijakan kedepannya dan jangan membalas dendam. Jika sudah menjadi pelaku, akui kesalahan, minta maaf pada korban, dan jangan mengulangi hal yang sama kedepannya. Jika hanya sebagai penonton ubah sikap pasif menjadi aktif, segera lapor kepada orang yang lebih tua, atau gagalkan niat pelaku dengan cara lain yang tersedia, jangan hanya pura-pura tidak tahu dan lega karena bukan dirinya yang kena bullying.

Jadilah pribadi yang baik dalam bersosialisasi dengan orang lain, tanamkan nilai moral pada diri sendiri dan tunjukan moral tersebut pada masyarakat. Hapuskan sistem bullying yang terdapat pada pergaulan, dan bentuk karakter diri sendiri melalui panutan yang benar dan jadilah masyarakat yang berguna di masa mendatang.

Sumber :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar