Masalah Sosial di Kalangan Remaja :
Bullying
Manusia tentu tidak akan pernah lepas
dalam hal bersosialisasi satu dengan yang lain. Dalam praktek bersosialisasi
tentu akan ada hal yang positif begitu juga hal yang negatif.
"Adapun masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya."
Tentunya terdapat nilai- nilai,sistem, tata cara, ataupun norma tidak tertulis yang sudah menjadi budaya maupun tradisi dikalangan masyarakat kita.
"Adapun masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya."
Tentunya terdapat nilai- nilai,sistem, tata cara, ataupun norma tidak tertulis yang sudah menjadi budaya maupun tradisi dikalangan masyarakat kita.
Tetapi apa yang terjadi apabila nilai- nilai,sistem, tata
cara, ataupun norma tidak tertulis tersebut disalahgunakan atau disalahartikan?
Sebagai contoh yang sudah sangat melekat pada masyarakat kita dan merupakan
contoh yang paling sederhana adalah tradisi budaya TELAT. Kenapa banyak yang
menyebutnya "Budaya"?? seharusnya kita malu apabila ada orang berkata
"Ah, dasar budaya telat!", padahal telat merupakan KEBIASAAN BURUK
yang masih bisa kita ubah. Banyak orang berpikir bahwa "telat" itu
biasa saja dan akibatnya menjadi sebuah rutinitas dalam kesehariannya. Hal
seperti ini dapat merugikan diri kita sendiri dan tentunya orang lain di sekitar
kita. Apa yang seseorang lakukan, secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi orang lain di sekitarnya.
Kemudian contoh lainnya yang akan
dibahas disini, adalah rusaknya sistem pergaulan yang ada dikalangan remaja
saat ini.
Sering kali kita mendengar berita tentang
jual beli narkoba, seks bebas, tawuran, dan BULLYING. Tentunya kita sudah tahu
bahwa tidak sedikit pelaku maupun korban yang masih remaja dan bahkan hal itu
sudah merupakan "hal biasa" bagi beberapa orang yang tidak mau
berpikir kritis. Sebenarnya mengapa hal itu terjadi? Apa faktor penyebab mereka
melakukannya? Apa hal ini merupakan kesalahan orangtua yang tidak menanamkan
nilai moral dengan tegas? Apa karena faktor lingkungan yang tidak kondusif
sehingga para remaja itu terpengaruh ke jalan yang tidak seharusnya? Atau ada
faktor lain?
Pada kesempatan kali ini saya akan
fokus kedalam topik penindasan atau yang lebih dikenal dengan istilah yang
tidak lain adalah "BULLYING". Bullying, menurut BullyFree, merupakan
bentuk perilaku yang bersifat intens, menyakiti, mengancam, dan dilakukan
berulang-ulang. Bullying merupakan bentuk ketidakseimbangan, yaitu adanya usaha
mendominasi dari suatu pihak dan bisa diartikan sebagai mistreatment atau
penganiayaan.
Bullying sudah merasuk kedalam pergaulan di masyarakat dan menjadi "SISTEM" yang tidak benar dengan sendirinya. Tindakan Bullying bisa dilakukan melalui kata-kata maupun melalui kontak fisik dan tentunya hal itu menjerumus ke arah kekerasan. Bullying secara fisik tidak hanya terjadi di kalangan mahasiswa maupun siswa SMA , seperti yang dulu pernah kita dengar tentang berita tindak kekerasan di salah satu institut maupun di salah satu SMA favorit, tetapi hal ini bahkan sudah terjadi di kalangan murid SMP maupun SD jika kita mau telusuri lebih lanjut. Padahal pada kisaran usia mereka, seharusnya mereka belajar dan mendapat nilai moral yang baik dari sekitarnya , bukan menerima tindakan/sikap yang tidak seharusnya dari lingkungan sosial mereka karena hal ini akan berpengaruh kedepannya. Jika saat kecil ia mendapat tindakan bullying dan hal itu tidak segera diatasi, kedepannya anak tersebut berpotensi untuk menjadi pelaku bullying karena adanya niat untuk membalas perilaku yang dulu ia terima atau bisa jadi hal itu menjadi trauma dan tentunya akan berpengaruh terhadap karakternya dan cara ia bersikap terhadap orang disekitarnya. Bullying dapat terjadi di mana saja, sekolah, universitas, rumah, tempat kerja, dsb. Namun pusat perhatian terbesar adalah di lingkungan pendidikan.
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dan sosialisasi. Di sekolah, setiap murid akan menghadapi teman-teman yang sebaya, lebih muda, dan teman yg lebih tua. Sekolah merupakan tempat terjadinya sosialisasi antarindividu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi, kebanyakan dari mereka belum dapat memahami temannya satu sama lain, sehingga timbullah kesalahpahaman satu sama lain yang lalu diiringi denagn perkelahian, intimidasi, pemalakan, pengucilan, dan lainnya. Hal yang seharusnya tidak terjadi di kalangan pelajar kini menjadi tradisi yang biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut Bullying, yakni kekerasan yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus".
Bullying tidak hanya terjadi antara senior maupun junior, bullying juga dapat terjadi di kalangan mereka yang sebaya seperti penjulukan, ejekan berulang, sebutan rasis, ancaman. Sering kita mendengar para pelajar memanggil teman mereka dengan sebutan yang "akrab" tetapi jarang kita tanya balik apakah dia senang dengan pangiilan itu, hal ini bisa merupakan tindakan Bullying secara verbal/ kata- kata. Sebagian orang tidak suka dipanggil dengan julukan yang merujuk ke fisik seperti ukuran badan, warna kulit, suku, nama orangtua,dan yang lainnya. Bahkan seiring berkembangnya teknologi, muncullah istilah CYBER BULLYING: pesan negatif lewat sms, media sosial, voice mail, ancaman telepon. Sedangkan contoh bullying yang tidak langsung : penyebaran fitnah / rumor, gesture yang meremehkan, tatapan sinis, dan mengatakan petisi kebencian.
Bullying sudah merasuk kedalam pergaulan di masyarakat dan menjadi "SISTEM" yang tidak benar dengan sendirinya. Tindakan Bullying bisa dilakukan melalui kata-kata maupun melalui kontak fisik dan tentunya hal itu menjerumus ke arah kekerasan. Bullying secara fisik tidak hanya terjadi di kalangan mahasiswa maupun siswa SMA , seperti yang dulu pernah kita dengar tentang berita tindak kekerasan di salah satu institut maupun di salah satu SMA favorit, tetapi hal ini bahkan sudah terjadi di kalangan murid SMP maupun SD jika kita mau telusuri lebih lanjut. Padahal pada kisaran usia mereka, seharusnya mereka belajar dan mendapat nilai moral yang baik dari sekitarnya , bukan menerima tindakan/sikap yang tidak seharusnya dari lingkungan sosial mereka karena hal ini akan berpengaruh kedepannya. Jika saat kecil ia mendapat tindakan bullying dan hal itu tidak segera diatasi, kedepannya anak tersebut berpotensi untuk menjadi pelaku bullying karena adanya niat untuk membalas perilaku yang dulu ia terima atau bisa jadi hal itu menjadi trauma dan tentunya akan berpengaruh terhadap karakternya dan cara ia bersikap terhadap orang disekitarnya. Bullying dapat terjadi di mana saja, sekolah, universitas, rumah, tempat kerja, dsb. Namun pusat perhatian terbesar adalah di lingkungan pendidikan.
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dan sosialisasi. Di sekolah, setiap murid akan menghadapi teman-teman yang sebaya, lebih muda, dan teman yg lebih tua. Sekolah merupakan tempat terjadinya sosialisasi antarindividu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi, kebanyakan dari mereka belum dapat memahami temannya satu sama lain, sehingga timbullah kesalahpahaman satu sama lain yang lalu diiringi denagn perkelahian, intimidasi, pemalakan, pengucilan, dan lainnya. Hal yang seharusnya tidak terjadi di kalangan pelajar kini menjadi tradisi yang biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut Bullying, yakni kekerasan yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus".
Bullying tidak hanya terjadi antara senior maupun junior, bullying juga dapat terjadi di kalangan mereka yang sebaya seperti penjulukan, ejekan berulang, sebutan rasis, ancaman. Sering kita mendengar para pelajar memanggil teman mereka dengan sebutan yang "akrab" tetapi jarang kita tanya balik apakah dia senang dengan pangiilan itu, hal ini bisa merupakan tindakan Bullying secara verbal/ kata- kata. Sebagian orang tidak suka dipanggil dengan julukan yang merujuk ke fisik seperti ukuran badan, warna kulit, suku, nama orangtua,dan yang lainnya. Bahkan seiring berkembangnya teknologi, muncullah istilah CYBER BULLYING: pesan negatif lewat sms, media sosial, voice mail, ancaman telepon. Sedangkan contoh bullying yang tidak langsung : penyebaran fitnah / rumor, gesture yang meremehkan, tatapan sinis, dan mengatakan petisi kebencian.
Apa penyebabnya?
1.
Lingkungan
yang tidak kondusif
Lingkungan yang tidak kondusif
merupakan salah satu penyebab bullying terjadi karena lingkungan masyarakat
akan sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi remaja. Kekacauan dan
perkelahian dalam penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat
pun menjadi sesuatu yang ditiru oleh remaja dalam menyelesaikan masalah mereka.
Begitu pula pada zaman sekarang banyak siaran media dan media elektronik yang
menampilkan bermacam-macam bentuk kekerasan. Yang lebih berbahaya lagi jika kalau
bullying tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga remaja. Misalnya remaja
yang mengalami broken home mempunyai potensi untuk melakukan kekerasan karena
tidak adanya pembentukan nilai moral dan
kurangnya rasa kasing sayang dalam keluarganya.
2.
Tradisi
lanjutan
Adanya "warisan" dari
keluarga, senior maupun teman se-geng. Kepribadian kita mulai terbentuk saat
remaja, hal inilah yang membuat kita suka "ikut-ikutan" dengan orang
sekitar kita, apabila ada seorang teman yang menjahili bahkan melakukan
kekerasan kepada temannya yang lain, terkadang kita melibatkan diri dengan cara
yang salah, bukan melerai / menasihati mereka malahan ikut menindas mereka.
Ketika mendapat tindakan bullying dari senior, begitu kita yang menjadi senior
akan ada keinginan untuk menindas junior kita dengan alasan yang sebenarnya
tidak masuk akal "Karena saya juga diperlakukan seperti itu dulu!!".
3.
Orangtua
yang terlalu cuek
Akibat sibuknya orang tua dengan
pekerjaannya, mereka jarang menghabiskan waktu dengan anak mereka. Tidak adanya
komunikasi antara anak dan orang tua akan berakibat fatal, kita tidak akan tahu
keadaan masing-masing. Sesibuk apapun orangtua, tetaplah kewajiban mereka untuk
menanamkan nilai-nilai moral yang ada, dan menanamkan rasa kepercayaan kepada
anak mereka karena dengan menunjukkan rasa percaya, anak tersebut dengan
sendirinya akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap kepercayaan yang telah
diberikan.
"Parents can play a key role in preventing and stopping
bullying. But first they have to know if their children bully or are bullied by
others. Many parents do not discuss bullying with their children, and many
children do not raise the topic of bullying with their parents."
4.
Ingin
menunjukkan kekuasaan
Hal ini merupakan lanjutan dari
pembentukan karakter yang salah, kebanyakan para pelaku bullying berpikir bahwa
dengan melakukan tindakan tersebut, hal ini membuat dirinya terlihat lebih
keren dan eksis. Mereka menikmati perilaku antagonis tersebut, dan terus
mencari korban sehingga dirinya semakin ditakuti dan disegani oleh orang
sekitar.
5.
Iri
hati
Adanya ketidakpuasan dari apa yang
sudah ia punya juga menjadi salah satu faktor pendorong untuk melakukan
bullying, ketika melihat orang lain yang lebih daripada dirinya, ia akan
melakukan cara-cara yang bisa membuat saingannya itu terjatuh, dan tentunya
dengan cara yang tidak seharusnya. Biasanya bullying yang terjadi akibat iri
hati adalah bullying secara verbal dan bullying secara tidak langsung.
1
Bagaimana ciri-cirinya?
Beberapa korban bullying memiliki
karakter yang berbeda dengan yang lainnya, seperti selalu cemas, tidak percaya
diri, dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang kurang. Dan si pelaku bullying
biasanya memiliki karakter merasa paling hebat dan overactive. Bagi seseorang
yang tak kuat lagi menagalami bullying, mereka akan mengalami gangguan
psikologis (stress).
Dari beberapa penelitian sebelumnya,
juga ditemukan perbedaan umur dan gender yang dapat mempengaruhi perilaku
bullying. Pada usia 15 tahun, anak laki-laki ditemukan lebih cenderung
mem-bully dengan kontak fisik langsung, sementara anak perempuan lebih
cenderung mem-bully dengan perilaku tidak langsung. Namun tidak ditemukan
perbedaan dalam kecenderungan melakukan bullying verbal langsung.
Mengapa Korban bullying banyak yang tidak melapor?
1.
Korban
diajarkan untuk tidak mengadu
2.
Sebagian
besar korban belajar dari pengalaman bahwa tidak semua orang dewasa peduli
tentang apa yang mereka alami
3.
Korban
takut memperburuk keadaan dengan melapor, karena adanya ancaman dari pelaku
4.
Korban
merasa rendah diri dan malu
5.
Adanya
perasaan dari pihak korban bahwa hal ini harus dihadapi sendiri
6.
Korban
TIDAK TAHU harus meminta bantuan kepada siapa
Apa Dampak dari Bullying?
1.
Salah
satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik.
Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala,
sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam
kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini
bisa mengakibatkan kematian.
2.
Terganggu
prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
3.
Timbulnya
gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu
merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres
pasca-trauma (post-traumatic stress disorder)bahkan depresi dan berkeinginan
untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet tangannya sendiri
4.
Kesulitan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
1.
Rusaknya
nilai kemasyarakatan yang ada kedepannya
Setelah mengetahui tentang bullying, sudah seharusnya kita
hilangkan hal tersebut, jangan mau menjadi korban, terlebih lagi menjadi
pelaku, dan juga jangan hanya menjadi penonton ketika ada orang sekitar kita
yang menjadi korban bullying. Jika sudah menjadi korban, jangan menjadi rendah
diri ataupun takut, jadikan hal tersebut menjadi batu pijakan kedepannya dan
jangan membalas dendam. Jika sudah menjadi pelaku, akui kesalahan, minta maaf
pada korban, dan jangan mengulangi hal yang sama kedepannya. Jika hanya sebagai
penonton ubah sikap pasif menjadi aktif, segera lapor kepada orang yang lebih
tua, atau gagalkan niat pelaku dengan cara lain yang tersedia, jangan hanya
pura-pura tidak tahu dan lega karena bukan dirinya yang kena bullying.
Jadilah pribadi yang baik dalam
bersosialisasi dengan orang lain, tanamkan nilai moral pada diri sendiri dan
tunjukan moral tersebut pada masyarakat. Hapuskan sistem bullying yang terdapat
pada pergaulan, dan bentuk karakter diri sendiri melalui panutan yang benar dan
jadilah masyarakat yang berguna di masa mendatang.
Sumber :